Makayakinlah 100% hanya kepada Allah, bahwa Allah PASTI mengabulkan doa kita bhkn menggantinya dengan lebih baik & sempurna. Maka cukuplah mencintai Allah dg sempurna, maka Allah akan mencintai kita lebih sempurna & memberikan cinta-cinta yg sempurna utk kita. Tetaplah bersabar wahai orang-orang yang beriman kepada Allah, Rasulullah, & Hari Akhir.
Bolacom, Jakarta - Kata-kata bijak Islami tentang tahajud akan mendorong dan mengingatkanmu agar selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah SWT dan mengharapkan rahmat dari-Nya.Salat tahajud merupakan ibadah sunnah atau ibadah yang tidak bersifat wajib. Meski begitu, melaksanakan tahajud dapat memberikan manfaat.Sebagai umat muslim yang taat, sudah sepatutnya kita berharap rida kepada
Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka tidaklah pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah. Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut.
Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali-Imran: 135). 5. Obsesinya adalah keridhaan Illahi Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya hanya kepada Allah SWT.
Hampirsetiap menonton video beliau saya selalu berkata lirih (berharap) :"Ya Allah, saya ingin berjumpa dengan beliau. Saya ingin menjadi murid beliau" Saya ingin menjadi murid beliau" Dan Sabtu, 6 November 2021, salah satu orang terdekatnya menghubungi istri saya dan mengatakan "Bunda, Buya Yahya mengundang bunda dan Pak Jamil untuk
FirmanAllah, "Dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap." (Al-Insyirah : 8) Spirit inilah yang dijadikan pegangan pengurus YMI Lampung Selatan (Lamsel). Selama mengerjakan pembangunan Rumah Qur'an YMI di Lamsel, pengurus YMI Lamsel menggantungkan harapan hanya kepada Allah.
Berdasarkanfirman Allah SWT diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Islam menganjurkan manusia untuk selalu berharap pada Allah SWT. Allah memerintahkan kita agar hanya kepada Allah saja hendaknya kita berharap. Oleh karena itu Imam Baihaqi menyebutkan dalam kitab beliau "Syu'ab Al Iman" bahwa berharap pada Allah merupakan cabang iman
C. berharap kepada Allah Swt. hanya bisa terwujud jika mendapatkan kesempatan yang baik D. berharap kepada Allah Swt. tanpa diikuti dengan amal, maka ia hanya berangan-angan belaka E. amal saleh merupakan bekal untuk menjalani kehidupan hakiki di akhirat kelak
Hud: 115) Berharaplah pada Allah saja balasannya. Jangan pernah berharap pada manusia. Engkau akan kecewa. Dalam pelajaran TAUHID. Kita diajarkan agar hanya berharap pada Allah saja. Ini menandakan semakin Ikhlasnya seseorang. Adapun balasan manusia. Tidak kita harap-harapkan.
By BtmOn on Des 29, 2019. Kali ini penulis ingin membagikan kisah hikmah “ Berharap Hanya kepada Allah SWT semata! “. Kisah nyata nasehat Rasulullah SAW kepada cucunya yakni Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib, putra Fatimah Azzahra. Seperti yang kita ketahui bahwa beliau Hasan adalah Saudara kandung dari Husein Bin Ali Bin Abi Thalib.
7lcaWQa. Berikut adalah Hakikat berharap kepada Allah Swt., Cara Menumbuhkan Sifat Raja’ dan Manfaat Sifat Raja’A. Hakikat berharap kepada Allah Swt. Raja’Secara etimologis, raja’ berarti mengharap sesuatu atau tidak putus asaMenurut istilah, raja’ berarti berharap untuk memperoleh rahmat dan karunia Allah Swt. Sifat raja’ ini harus disertai optimis, perasaan gembira, sikap percaya dan yakin akan kebaikan Allah Swt. Lebih dari itu sifat raja’ harus dibarengi dengan amal-amal saleh untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Seseorang yang berharap kepada Allah Swt. tanpa diikuti dengan amal, maka ia hanya berangan-angan dari sifat raja’ adalah putus asa dari rahmat Allah Swt. Seseorang yang putus asa atas rahmat Allah Swt. dikategorikan sebagai orang satu penyebab munculnya sifat putus asa dari rahmat Allah Swt. adalah tidak memahami bahwa rahmat Allah Swt. sangat luas bagi hamba- seseorang memiliki sifat raja’ maka ia akan bersemangat untuk menggapai rahmat Allah Swt. karena Dia memiliki sifat Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Penyayang. Meskipun bergelimangan dosa, rasa optimis mendapat ampunan Allah Swt. tetap ada dalam hatinya. Namun perlu diingat bahwa sifat raja’ ini harus bersanding dengan sifat Abu Ali al- Rawdzabari, antara khauf dan raja’ ibarat dua sayap burung. Jika kedua sayap tersebut sama, maka burung tersebut akan mampu terbang secara sempurna. Namun jika kurang, maka terbangnya juga kurang sempurna. Dan jika salah satu sayap itu hilang, maka burung itu tak akan bisa terbang. Apabila kedua sayapnya hilang, maka tak butuh waktu lama burung itu akan khauf dapat mencegah seseorang berbuat dosa, sedangkan raja’ dapat mendorong untuk taat kepada Allah Swt. Imam al-Ghazali pernah ditanya, manakah yang lebih utama di antara sifat khauf dan raja’? Beliau balik bertanya, manakah yang lebih nikmat, air ataukah roti? Bagi orang yang kehausan, air lebih tepat. Namun bagi yang sedang lapar, roti lebih lebih tepat. Jika rasa dahaga dan lapar hadir bersamaan dengan kadar yang sama, maka air dan roti perlu dikonsumsi bersama-sama. Apabila hati seseorang ada penyakit merasa aman dari azab Allah Swt., maka obatnya adalah khauf. Sedangkan apabila hati seseorang ada penyakit merasa putus asa, maka obatnya adalah raja’.Jika sifat khauf dan raja’ ini melekat pada diri seseorang maka ia tak akan mudah menghakimi orang lain, sebab semua keputusan ada di tangan Allah Swt. Misalnya, ketika melihat orang yang ahli maksiat, tidak boleh divonis pasti masuk neraka, bisa jadi dalam hatinya ada harapan Allah Swt. akan mengampuninya, hingga Allah Swt. memasukkannya ke surga. Sebaliknya, seseorang rajin ibadah bisa jadi masuk neraka, karena ada sifat sombong dalam penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hakikat berharap kepada Allah Swt. Raja’ adalah berharap untuk memperoleh rahmat dan karunia Allah Swt. yang disertai dengan sikap optimis, perasaan gembira, sikap percaya dan yakin akan kebaikan Allah Swt. dibarengi dengan amal-amal saleh untuk meraih kebahagiaan di Cara Menumbuhkan Sifat Raja’Berikut adalah cara menumbuhkan Sifat Raja’, antara lain1. Muhasabah atas nikmat-nikmat Allah atas nikmat-nikmat Allah Swt. berarti mawas diri atas apa yang telah diperbuat sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt. Tak ada manusia yang sanggup menghitung nikmat Allah Swt. Sifat raja’ akan muncul pada diri seseorang yang hatinya dipenuhi rasa syukur kepada Allah Mempelajari dan memahami Al-Qur`anAl-Qur`an merupakan kalamullah yang syarat dengan ilmu. Di dalamnya terkandung hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang ingin mengambilnya. Setiap ayat dan surat Al-Qur`an berisi pesan-pesan moral dari Allah Swt. kepada seluruh umat manusia. Dengan mempelajari dan memahaminya secara mendalam maka akan tumbuh sifat raja’.3. Meyakini kesempurnaan karunia Allah raja’ akan tumbuh pada diri seseorang apabila ia meyakini bahwa Allah Swt. telah memberikan karunia sempurna kepadanya. Allah Swt. telah memberikan rejeki yang cukup bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Tak ada satupun makhluk di dunia ini yang sia-sia, pasti bermanfaat bagi kehidupan Manfaat Sifat Raja’Berikut adalah manfaat memiliki sifat raja’, di antaranya1. Semangat dalam ketaatan kepada Allah akan selalu dijerumuskan oleh setan ke jalan sesat. Setan akan mencegah seseorang yang berniat untuk berbuat baik. Apabila ia mampu melawan bisikan setan dan berhasil melakukan amal kebaikan, maka setan akan berusaha menghembuskan sifat riya’ dan takabbur ke dalam hatinya. Allah Swt. akan menurunkan rahmat-Nya kepada seseorang yang taat Tenang dalam menghadapi kesulitanHidup di dunia ini penuh dengan ujian dan cobaan. Semakin tinggi ilmu dan iman maka semakin berat pula cobaan yang diterima. Allah Swt. hendak memberikan pahala bagi hamba-Nya yang sedang diuji tersebut. Bagi seorang mukmin, kesulitan dihadapi dengan sabar dan harapan kepada Allah Swt. Dan ketika menerima nikmat, ia bersyukur kepada Allah Merasa nikmat dalam beribadah kepada Allah seseorang benar-benar mencintai sesuatu, maka ia akan merasa ringan dalam menghadapi kesulitan dan rintangan. Ibarat peternak lebah yang berjibaku memanen madu di sarang lebah, ia tak menghiraukan ancaman sengatan lebah karena ingat manfaat dan manisnya madu. Begitu pula seseorang yang rajin beribadah, ia hanya fokus pada kenikmatan surga, bukan pada beban berat dan kesulitan ibadah Menumbuhkan sifat optimisHarapan kepada Allah Swt. disertai ketundukan hati akan menjadikan seseorang optimis menghadapi cobaan hidup. Allah Swt. tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Semua cobaan dan ujian dari Allah Swt. pasti ada jalan penyelesaiannya. Dan rahmat Allah Swt terhampar sangat luas bagi seluruh hamba yang memohon kepada-Nya.
“Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”Oleh. Mariyah ZawawiKontributor sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.”Demikianlah ucapan Sayidina Ali bin Abi Thalib yang masyhur. Ucapan itu mengingatkan kepada kita agar tidak menaruh harapan kepada manusia. Sebab, manusia hanyalah makhluk Allah Makhluk yang Sering LupaSaat hidup di dunia, kita tidak pernah luput dari ujian dan cobaan. Baik berupa kesenangan maupun kesulitan hidup. Semua itu untuk mengetahui apakah manusia masih tetap berpegang teguh kepada tali agama Allah Swt. ataukah kita sering lupa. Tak terkecuali saat ujian menerpa. Terlebih, jika ujian itu berupa kesenangan. Maka, kita pun tak lagi ingat Tuhan. Kita merasa bahagia dan tidak membutuhkan yang lain. Semua yang kita inginkan, mampu kita sediakan. Kita lupa bahwa semua itu karunia dari Sang Maha ketika kesulitan datang menghampiri, kita merasa sebagai manusia yang paling menderita. Tak ada teman atau saudara yang datang untuk mengulurkan tangan. Maka, kita pun hampir berputus itulah, kita baru ingat kepada-Nya. Kita pun mendekat untuk menumpahkan segala rasa. Kita berharap, Allah Swt. yang Maha Pengasih memberikan pertolongan-NyaHanya Allah Swt. Tempat Menaruh HarapanMemang, hanya kepada Allah Swt. seharusnya kita menaruh harapan. Sebab, hanya Dia satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan. Allah Swt. telah menyampaikan hal itu melalui firman-Nya. Misalnya dalam Surah Al-Insyirah [94] 8,وإلى ربك فارغب“Dan hanya kepada Tuhanmu engkau berharap.”Kemudian, dalam Surah Al-Ikhlas [112] , Allah Swt. berfirman,الله الصمد“Allah tempat bergantung.”Al-Baghawi menjelaskan bahwa Ash-Shamad mencakup beberapa sifat seperti yang diungkapkan oleh para ulama. Yaitu, Yang Maha Sempurna kekuasaannya, Maha Suci, dan Maha Tinggi. Karena itu, tidak ada yang berhak untuk memiliki sifat yang agung ini, kecuali Allah Swt. Dengan berbagai sifat ini, maka hanya Allah Swt. satu-satunya zat yang layak menjadi tempat menyandarkan segala kesulitan dan terhadap sifat ini mengharuskan kita untuk hanya memohon pertolongan kepada Allah Swt., tidak kepada yang lain. Baik saat kita memohon perlindungan dari sesuatu yang sangat kita khawatirkan, memohon kecukupan atas berbagai kebutuhan, atau memohon pertolongan atas kezaliman yang dilakukan oleh orang ini pula yang mengharuskan kita untuk hanya menyembah dan beribadah kepada Allah Swt. Hal ini merupakan bentuk pengakuan kita terhadap kekuasaan-Nya. Sebab, tidak ada satu pun di dunia dan seisinya ini yang mampu menandingi nabi, ulama, dan orang-orang saleh pada masa dahulu telah membuktikan hal ini. Keyakinan yang besar terhadap pertolongan Allah Swt. telah membantu mereka dalam mengatasi berbagai persoalan. Salah satunya adalah kisah Sayidina Hasan di bawah Sayidina Hasan satu kisah dari Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib tentang keharusan untuk menjadikan Allah Swt. sebagai sandaran. Kisah ini ditulis oleh Imam Suyuthi dalam kitabnya Tarikh Khulafa, berdasarkan riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu Asakir melalui jalur Abi Al-Mundzir Hisyam bin Muhammad. Setelah menyerahkan kursi kekuasaan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, Sayidina Hasan mendapat dana sebesar dirham tiap dalam salah satu tahun, Muawiyah bin Abi Sufyan tidak memberikan dana tersebut. Hal itu membuat Sayidina Hasan mengalami kesulitan. Maka, Sayidina Hasan pun berniat untuk menulis surat kepada Muawiyah bin Abi Sufyan untuk menanyakan hal itu. Namun, ia merasa malu dan menahan diri dari melakukan hal itu, ia bermimpi bertemu Rasulullah saw. Dalam mimpinya, Rasulullah saw. menanyakan kabarnya. Sayidina Hasan pun menceritakan apa yang dialaminya. Maka, Rasulullah saw. pun bertanya apakah ia hendak menulis kepada makhluk yang sama seperti dirinya? Mendapat pertanyaan seperti itu, Sayidina Hasan menanyakan kepada Rasulullah saw. apa yang seharusnya ia lakukan. Rasulullah saw. kemudian mengajarkan sebuah doa,اللهم اقذف في قلبي رجاءك واقطع رجاىٔي عن من سواك حتى لا أرجوا أحدا وما ضعفت عنه قوتي وقصر عنه عملي ولم انتهت إليه رغبتي ولم تبلغه مسألتي ولم يجر على لساني مما أعطيت أحدا من الأولين والآخرين من اليقين فخصني به يا رب العالمين“Ya Allah, tanamkanlah dalam hatiku harapan kepada-Mu. Putuskanlah harapanku kepada selain Engkau, sehingga aku tidak akan mengharap kepada selain Engkau. Ya Allah, apa yang kekuatanku lemah darinya, terbatas upayaku, anganku tidak menggapainya, tidak tersampaikan masalahku, dan tidak terucapkan oleh lisanku, apa yang telah Engkau berikan kepada seseorang di masa lalu atau akan datang, berupa keyakinan, maka khususkanlah untukku, wahai Tuhan Semesta Alam.”Belum genap seminggu setelah ia membaca doa, datanglah kiriman uang dari Muawiyah bin Abi Sufyan dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Yaitu sebesar dirham. Sayidina Hasan merasa takjub. Ia pun mengucapkan syukur, “Segala puji bagi Allah yang tidak akan melupakan orang yang mengingat-Nya serta tidak mengecewakan orang yang meminta kepada-Nya.”Kisah ini mengajarkan kepada kita untuk hanya berharap kepada Allah Swt., tidak kepada yang lain. Sebab, orang lain pun sama seperti kita, manusia yang hanya makhluk ciptaan Allah Swt. Maka, saat kita tengah membutuhkan pertolongan dalam bentuk apa pun, kita serahkan hal itu kepada Allah Swt. pasrahkan diri, kita yakinkan hati, bahwa Allah Swt. akan memberikan yang terbaik bagi kita. Itulah bentuk keimanan kita terhadap sifat Allah Swt., Allah Swt. adalah satu-satunya Zat yang dapat kita mintai pertolongan. Karena itu, tidak selayaknya jika kita masih berharap kepada manusia. Berharaplah hanya kepada-Nya. Maka Allah Swt. akan mencukupi segala yang kita membutuhkan, serta memberikan jalan keluar bagi setiap persoalan dengan cara yang tidak kita الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير“Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”Wallaahu a’lam bishshawaab.[]Photo PinterestDisclaimer adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. melakukan seleksi dan berhak menayagkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia Reading
JAKARTA - Umat manusia memiliki banyak keinginan dan harapan. Mereka menyampaikan keinginan dan harapan kepada Allah SWT, agar Allah SWT mengabulkan keinginan dan harapannya. Namun, sering kali keinginan dan harapan tersebut tidak menjadi kenyataan. Menurut Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Al-Hikam, keinginan dan harapan seorang hamba yang tidak menjadi kenyataan sesungguhnya adalah kebaikan bagi hamba tersebut. Bila seorang hamba merasa kecewa dengan hal tersebut, artinya ia belum mengerti hikmah dan rahmat Allah SWT. "Sesungguhnya sebab kamu merasa kecewa sedih atas penolakan Allah kepada kamu, karena kamu tidak mengerti hikmah dan rahmat Allah dalam penolakan itu." Syekh Atha'illah, Al-HikamTerjemah kitab Al-Hikam oleh Ustaz Bahreisy menambah penjelasan perkataan Syekh Atha'illah. Ia menerangkan, tidak sempurna iman seorang hamba terhadap Allah SWT sebelum ia memiliki dua sifat. Pertama, percaya penuh kepada Allah SWT, yakni bersandar dan berharap hanya kepada Allah SWT. Kedua, bersyukur atau berterimakasih kepada Allah SWT karena sudah dihindarkan dari ujian-ujian serupa yang ditimpakan kepada orang lain. Salah satu contohnya ujian berupa harta Bahreisy menambahkan, tidak sempurna iman seorang hamba kepada Allah SWT sebelum ia mengerti bahwa pemberian dari Allah SWT adalah sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Belum sempurna iman seorang hamba jika tidak mengerti bahwa penolakan Allah SWT atas keinginan dan harapannya adalah untuk menyelamatkan ia dari kemudharatan atau bahaya. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini